Kamis, 17 Juli 2008

Perang Bintang di Pilpres 2009


Menyalip di Penghujung JabatanDeden Gunawan - detikNews

Jakarta - Satu lagi purnawirawan jenderal yang menyatakan diri maju di ajang Pilpres 2009. Dia adalah Letjen Purn TNI Prabowo Subianto. Mantan Danjen Kopassus tersebut mengumumkan secara terbuka niatnya itu pekan ini.

Alasan Prabowo maju ke arena Pilpres, lantaran dia melihat perkembangan politik kenegaraan yang sampai sekarang dianggap belum mampu mengatasi persoalan bangsa.

Kabar majunya Prabowo sebenarnya sudah diduga sejak lama. Bahkan belakangan wajahnya sering muncul di iklan yang ditayangkan di sejumlah media. Untuk memuluskan jalannya, dia juga membidani kelahiran Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Partai yang sudah dinyatakan lolos verifikasi faktual Komisi Pemilihan Umum (KPU) ini akan dijadikan kendaraan politiknya. Sebab bila ia mengandalkan kendaraan politik sebelumnya, yakni Partai Golkar, tentu tidak mungkin. Sebab ia pasti tergeser oleh sang ketua umum Jusuf Kalla yang juga sedang berancang-ancang maju ke Pilpres 2009.

Tidak aneh jika Prabowo merasa, selama berkecimpung di partai yang didirikan mantan mertuanya itu, dirinya kurang bisa maksimal dalam berkiprah dan dapat mengembangkan pikiran dan tenaganya. "Saya merasa kurang maksimal dapat berkiprah dan dapat mengembangkan pikiran-pikiran saya, tenaga saya, apabila saya tetap berada di dalam Golkar," beber Prabowo mengungkapkan alasannya keluar dari naungan beringin.

Dengan berganti partai, Prabowo berharap bisa lebih maksimal dalam menyampaikan pikiran dan pandangan-pandangannya, terutama di bidang perekonomian.

"Dengan menggunakan kendaraan politik yang baru (Gerindra), Prabowo punya kans untuk dicalonkan di Pilpres," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari kepada detikcom.

Sebelumnya pada Pemilu 2004, Prabowo memang sempat untuk maju sebagai calon dari Golkar di Pilpres. Namun dalam Konvensi Golkar, dia tidak lolos. Dia keok oleh Jenderal Purnawirawan Wiranto yang akhirnya maju sebagai capres dari Golkar saat itu.

Nah, dengan menumpang Gerindra, kesempatan bagi Prabowo untuk maju di Pilpres terbuka lebar. Sebab Gerindra dalam Pemilu mendatang, seperti dikatakan Qodari, memiliki potensi besar menyedot suara. Partai ini, kata Qodari, didukung banyak kalangan, baik dari kalangan militer, nasionalis, Islam konservatif, hingga aktivis yang pernah jadi korban penculikan. Belum lagi kalangan petani dan nelayan sebagai basis pemilihnya.

"Jika Gerindra sukses melakukan implementasi menggarap pemilih dari kalangan petani maupun nelayan. Suara yang bisa diraih bisa signifikan," jelas Qodari.

Tentang peluang Prabowo sebagai capres, Qodari juga melihat kalau mantan Pangkostrad ini cukup layak diperhitungkan oleh capres yang lain. Apalagi, Prabowo memiliki dana besar.

Selain itu, dalam survei Indo Barometer, Prabowo termasuk salah satu nama yang sudah muncul di publik meski persentasenya masih kecil.

Sementara dari survei yang dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN), sosok Prabowo juga mengalami peningkatan dukungan. Lembaga yang dipimpin Umar S Bakry ini menyatakan trend atau kecenderungan dukungan terhadap sejumlah capres alternatif seperti Prabowo terus meningkat.

Survei LSN yang dilaksanakan tanggal 2-14 Mei 2008 memperlihatkan trend dukungan terhadap Prabowo meningkat. Dari survei yang dilaksanakan di 33 provinsi dengan jumlah sample sebanyak 1.225 orang, nama Prabowo meraih 7,9 persen. Padahal pada survei LSN pada Januari di tahun yang sama Prabowo memperoleh 7,7 persen. Berarti persentasenya mengalami peningkatan.

Peningkatan dukungan ini, kata Umar S Bakry, karena Prabowo merupakan sosok yang cukup familiar di masyarakat. Selain pernah tercatat sebagai menantu penguasa Orde Baru, Soeharto. Karir militer pria kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951 ini juga sangat bersinar.

Alumnus Akabri Magelang tahun 1974 ini sempat disebut-sebut sebagai bintang paling bersinar di jajaran militer Indonesia di masanya. Ia dikenal cerdas dan berpengaruh, seiring dengan penempatannya sebagai penyandang tongkat komando di pos-pos strategis TNI AD. Tidak heran jika Prabowo merupakan satu-satunya jenderal termuda yang berhasil meraih bintang tiga di usianya yang ke-46.

Namanya mulai diperhitungkan, sejak ia menjabat Danjen Kopassus, 1996 silam. Dua tahun kemudian, ayah satu anak ini dipromosikan menjadi Panglima Kostrad. Sayangnya, di pos ini dia hanya menjabat sekitar dua bulan. Sehari setelah Presiden Soeharto lengser, kedudukan Prabowo kemudian ikutan lengser. Ia sempat dimutasi menjadi Komandan Sesko ABRI, sebelum akhirnya dia memilih pensiun dini.

Lepas dari militer, ia kemudian beralih menggeluti bidang usaha, mengikuti jejak keluarganya. Bisnis putra begawan ekonomi Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo ini kemudian melesat cepat beberapa tahun kemudian.

Prabowo kini memimpin sejumlah perusahaan yang bergerak diberbagai bidang, seperti kelapa sawit, perikanan, pertanian, bubur kertas, minyak dan pertambangan. Sedangkan dalam organisasi, ia kemudian berhasil terpilih menjadi Ketua Umum HKTI, 5 Desember 2004, menggantikan Siswono Yudo Husodo.

Politisi muda Partai Golkar, Yuddy Chrisnandi, menyatakan, di Golkar, Prabowo merupakan kader yang potensial. Sebab selain punya pemikiran yang cerdas, kata Yuddy, Prabowo sangat dikenal luas di masyarakat. "Sayangnya potensi yang dimilikinya tidak bisa berkembang saat di Golkar sehingga ia mengundurkan diri,"ujar Yuddy.

Prabowo kini mengikuti jejak Wiranto, seniornya di TNI AD yang keluar dari Golkar dan membentuk partai baru. Ke depan, ia juga akan ikut arena perebutan kursi RI 1 bersama pensiunan jenderal lainnya, seperti Wiranto, Sutiyoso dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Pilpres 2009.

Siapa Pemenangnya?


Namun menurut pandangan Sukardi Rinakit, Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, sekalipun sudah punya kendaraan politik, peluang Prabowo masih sulit. Soalnya Gerindra masih masuk dalam kategori partai kecil yang butuh waktu lama untuk berkembang. Apalagi syarat pencalonan untuk capres 2009, yang saat ini sedang digodok di DPR, diperkirakan akan lebih berat. Angkanya berkisar 20% sampai 30% suara hasil Pemilu 2009.

"Langkah Prabowo di Pilpres masih sangat berat. Sekalipun dia punya dukungan dana yang kuat. Karena kompetitornya saat ini yang juga dari kalangan militer sangat berat, seperti Wiranto maupun SBY (incumbent)," kata Sukardi.

Sukardi kemudian memposisikan Prabowo berada satu level dengan Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta, yang sudah lebih dulu menyatakan diri maju ke Pilpres. Sebab dua pensiunan jenderal bintang tiga ini sama-sama baru digadang oleh partai kecil dan masih baru. Prabowo saat ini baru diusung Gerindra. Sedangkan Sutiyoso saat ini baru digadang oleh Partai Indonesia Sejahtera (PIS).

Namun menurut Syarwan Hamid, Ketua Tim Sukses Sutiyoso, peluang untuk menggandeng partai-partai lain, terutama partai kelas menengah, seperti PKS dan PAN masih terbuka lebar. "Kita sampai saat ini masih kontak-kontakan dengan pimpinan partai-partai tersebut. Dan mereka masih memberi peluang kepada Bang Yos untuk maju," jelas Syarwan saat dihubungi detikcom.

Lain halnya dengan Wiranto, pensiunan jenderal bintang empat yang juga maju ke arena Pilpres 2009. Meski kendaraan politiknya Partai Hanura tergolong anyar. Tapi kata sukardi, secara struktural partai tersebut sangat bagus dan kuat. Sehingga Hanura diprediksi bisa menyedot suara yang signifikan dalam pemilu legislatif tahun depan.

Dengan adanya Wiranto sebagai ketua umum akan berimplikasi terhadap perolehan suara Hanura di Pemilu 2009. Sebab Wiranto punya daya tarik cukup kuat di masyarakat. Hal ini terbukti dengan perolehan suaranya sekitar 22 persen suara dalam Pilpres 2004.

Bahkan beberapa kalangan memprediksi potensi suara Hanura bisa menjadi ancaman bagi Partai Golkar. Alasannya, selain Wiranto mantan pengurus Golkar, mayoritas pemilih Wiranto pada Pilpres 2004 adalah pemilih Golkar. Bukan tidak mungkin sebagian suara partai berlambang beringin ini akan beralih ke Hanura yang dipimpin Wiranto.

Prediksi Sukardi, di antara para pensiunan jenderal yang maju di ajang Pilpres 2009, peluang Wiranto relatif lebih besar. "Pesaing terberat Wiranto hanyalah incumbent, yakni Presiden SBY," ujar Sukardi.

Sukardi menjelaskan, untuk menandingi SBY, yang juga pensiunan jenderal bintang empat, Wiranto harus benar-benar kerja ekstra keras. Sebab sekalipun Wiranto memiliki tingkat pengenalan yang luas di masyarakat, tapi dari tingkat dukungan Wiranto masih kalah dari SBY. Apalagi Wiranto pernah dikalahkan SBY di Pemilu 2004.

"Dalam Pemilu 2009, saya kira kondisinya tidak berubah. SBY akan mampu mengungguli Wiranto dalam perolehan suara di Pilpres," kata Sukardi.

Hanya saja, imbuhnya, hal itu tergantung kinerja SBY. Jika kinerja SBY di penghujung jabatannya semakin buruk di mata publik, Wiranto kemungkinan besar bisa menyalip popularitas SBY. Kita tunggu saja. 

(ddg/iy)

Tidak ada komentar: